Kamis, 03 April 2014

 Berawal dari Masjid

             Disebuah rumah sederhana tepatnya di Pekanbaru tinggallah seorang gadis manis yang bernama Selvi. Ia  tinggal bersama kedua orang tua dan kedua adiknya. Selvi bersekolah disebuah sekolah  menengah kejuruan kelas dua. Adik pertamanya duduk dikelas dua SMP dan adik keduanya duduk dikelas lima SD. Selvi dan ibunya sangat akrab sekali. Bahkan jika ada sesuatu hal yang dialami selvi baik itu masalah pribadi, Selvi selalu curhat kepada ibunya.
Keluarga Selvi saat taat beribadah,  tempat ibadah (Masjid) berdeketan dengan rumahnya. Bahkan hampir 5 waktu sehari semalam mereka kerjakan di masjid itu. Ya, Masjid Al-Furqan namanya. Setiap hendak pergi atau pulang dari Masjid Selvi selalu bergandengan bersama ibunya.
Dimasjid itu ada seorang Garim yang sangat tampan, ia kuliah disebuah Perguruan tinggi swasta di pekanbaru. Garim itu bernama Andika, ia berasal dari Tanjung Samak Meranti Bengkalis (Riau). Andika adalah orang yang jujur, baik, mandiri, ramah dan suka bekerja keras. Sehingga uang kuliah yang ia bayar adalah hasil dari keringatnya sendiri. Baginya kuliah adalah nomor satu, dan untuk itu ia rela bekerja apapun untuk mendapatkan rezeki yang halal untuk biaya hidup nya sehari-hari dan biaya kuliahnya pada semester demi semester.
            Karena kemandirian pria tampan itu, Selvi sangat mengagumi pria itu. Ia merasakan kebahagiaan jika ia memiliki abang angkat sepertinya. Pada suatu malam setelah sholat isya, dimasjid itu Andika berpidato didepan semua jamaah yang baru saja selesai melaksanakan sholat isya. Andika menatap Selvi hingga membuat Selvi salah tingkah.
            Keesokan harinya Andika ingin mencari sebuah buku untuk keperluan kuliahnya. Dan ia minta ditemanin Selvi. Maklumlah Andika kan tidak memiliki sepeda motor. Dan berangkatlah mereka berdua kesalah satu toko buku yang terdekat dengan rumah mereka. Setelah itu merekapun pulang.Setibanya dirumah Selvi, Andikapun mampir dirumah selvi. Andikapun ngobrol dengan ibunya Selvi mereka berbincang-bincang mengenai keluarga Andika. Cerita mereka begitu tak henti-hentinya. Hingga Andika merasakan kenyamanan dirumah itu.
Dan Keesokah harinya setelah ia mengerjakan sholat magrib di masjid Al-Furqan itu, ia pergi kekamarnya untuk beristisrahat dan disaat ia membuka pintu dilihatnya kamarnya dalam keadaan tidak rapi. Lalu ia memeriksa uang yang ia simpan didalam lemarinya, dan uang itu sudah tidak ada lagi. Betapa sedihnya Andika kehilangan uang itu. Sebab, uang itu adalah uang untuk bekal ia 3 bulan kedepannya.
“Sungguh kasihannya pemuda itu” ucap ibunya Selvi.
Karena kasihan melihat pemuda yang lahir pada tahun 1988 itu, hampir setiap hari ibu Selvi menasehati dan memberi motivasi kepada Andika. Ya, itu karena Andika sering main kerumah Selvi.
 Malam pun semakin larut, Ibu Selvi membangunkan Selvi dari tidur untuk segera melakukan sholat tahajjud. Ibu selvi teringat akan kesedihan yang dirasakan oleh Andika. Lalu, ibu Selvi menyuruh Selvi untuk Membangunkan Andika agar Andikapun mengerjakan sholat tahajud. Ibu berharap setelah Andika mengerjakan shalat tahajjud, Andika diberi kesabaran dan ketenangan. Selvi segera mengambil telepon genggamnya untuk membangunkan abang yang sudah ia anggap seperti abang kandungnya sendiri.
Betapa bahagianya Andika karena ia mendengar suara si serak-serak basah itu membangunkannya untuk melakukan sholat tahajud. Bukan hanya satu kali saja Andika dibangunkan oleh Selvi di Seperempat malam untuk mengerjakan sholat, bahkan Setiap malam.
Andika merasakan bahagia sekali karena sebelumnya ia tidak pernah memiliki teman seperti Selvi. Teman yang membangunkan ia saat ia tertidur, teman yang memotivasi disaat ia tidak memiliki semangat, teman yang menunjukkan kebenaran disaat ia salah, dan teman yang menghiburnya disaat ia bersedih. Ia bangga dengan kelakuan Selvi yang dewasa, padahal Selvi adalah anak yang masih duduk dikelas dua SMK. Ia begitu kagum melihat kedekatan selvi dan ibunya. Perasaan Andika menunjukkan bahwa ia suka sama Selvi begitu juga yang dirasakan Selvi pada pertama kali Andika menatap selvi di masjid itu.
Keduanya sudah semakin dekat, seperti sepasang kekasih yang sedang memadu kasih. Tapi diantara keduanya tidak satupun yang melontarkan kata-kata sayang, cinta atau yang lainnya seperti orang yang akan berpacaran.
Hingga pada suatu malam sahabat selvi yang bernama Toni datang bertamu kerumah Selvi. Tentunya Mereka sangat akrab sekali karena mereka bersahabat sudah dari SD. Diruang tamu yang terletak dipinggir jalan itu Selvi dan Toni sahabatnya membicarakan hal lucu yang membuat mereka tertawa. Pada saat mereka tertawa lucu tiba-tiba Andika lewat didepan rumah Selvi. Dilihatnya Selvi sedang tertawa mesra bersama lelaki itu. Selvi juga melihat dengan tidak sengaja, lalu Selvi terdiam menatap Andika. Dilihatnya wajah Andika  terlihat sedih.  Selvi berkata dalam hati “Andika pasti cemburu”.
Tiga hari sudah Andika tidak main kerumah Selvi. Selvi merasakan kebingungan dengan hal ini. Yang ada di benaknya hanya pertanyaan kenapa, kenapa dan kenapa. Ia pun tidak bisa menemui Andika di Masjid Karena ia sedang berhalangan. Untuk menelepon Andika pun ia sudah segan. Selvi merasa sedih karena lelaki tipenya tidak kunjung datang. Perasaan Selvi semakin dalam ke Andika. Hingga Selvi menceritakan perasaan yang dirasakannya kepada Andika. Ia menceritakan kesediha itu kepada ibunya. Ibu hanya bisa menasehati anaknya Selvi untuk tidak berharap kepada lelaki yang lebih dewasa dibandingkan anak tertuanya itu. Beginilah nasehat ibu:
“nak, jangan lah terlalu berharap dengan kasih sayang dari andika”
“Kenapa Bu? Salah ya?” Selvi bertanya
“gak salah sih nak”. Tapi kamu harus tahu Barangkali dia sudah memiliki pacar. Jangan nantinya kamu dianggap perusak hubungan orang nak. Itu gak baik nak.
“tapi perasaan aku ini tulus bu”….  (Selvi kelihatan sedih)
‘ia nak, ibu tahu, tapi kamu kan masih kecil nak, gak pantes pacaran sama orang yang sudah bersekolah diperguruan tinggi.”  Ibu takut nanti kamu dipermainkan nak. “Anggap sajalah kasih sayang kamu itu adalah kasih sayang terhadap adik ke kakak nya. Apalagi kamu kan tidak memiliki kakak/abang”.
Mendengar kata-kata yang dilontarkan ibunya, Selvi mencoba menghilangkan perasaannya itu yang berharap Andika akan jadi kekasihnya. Dan dia menjawab “ia deh bu”
Keesokan malamnya tiba-tiba Andika datang kerumah Selvi. Dan masuklah Andika kerumah Selvi dengan mengucapkan salam. Saat selvi melihat Andika akan masuk, ia segera berlari kekamarnya karena ia merasakan geregetan. Dan duduklah si garim tampan itu berdekatan dengan ibu Selvi. Lalu mereka berbincang-bincang. Setelah lama berbincang-bincang Andika pun terdiam. Lalu ia berkata:
Bu, mana dek Selvi?
Ada dikamar nak… ( jawab singkat si Ibu )
“Bu, siapakah lelaki yang datang pada tiga malam yang lalu bu? (Tanya Andika tegas)
Lalu ibu menjawab “ yang mana nak”?
“Andika tidak tahu siapa lelaki itu, tetapi pada saat Andika melihat lelaki itu bersama Adik Selvi, Hati Andika merasakan sakit, Andika merasakan cemburu bu”..
Ibu kebingungan, lalu berkata “ooo itu, itu namanya Toni sahabatnya Selvi. Lo. Kenapa nak, kok bisa seperti itu? Bukankah nak Andika menganggap selvi itu hanya sebatas adik??
Andika mengungkapkan dengan tenang “entahlah bu, Andika juga tidak tahu apa yang terjadi pada perasaan Andika”. Andika merasakan kenyamanan bila dekat dengan adik Selvi”. Rasanya Andika ingin adik Selvi menjadi kekasih Andika. Tetapi Andika juga tidak mengetahui apakah  adik Selvi juga  suka sama Andika.
Ibu menenangkan “ ya sudah kalau perasaan nak Andika seperti itu sebaiknya nak Andika tanyakan sendiri kepada Selvi”. Barangkali ada jalan keluarnya. Tapi ibu tidak menginginkan jika nanti kalian akhirnya jadi bermasalah.
Andika menjawab “ Ya bu”
Keesokan malam nya Selvi pergi kemesjid untuk menunaikan sholat isya. Dan sepulang dari sholat ia bertemu dengan Andika si garim Tampan itu. Andika berbincang-bincang dengan Selvi. Bukan hanya berbincang masalah hal yang biasa. Andika membincangkan masalah perasaannya terhadap Selvi. Selvi begitu kaget mendengarkan kata-kata Andika mengenai dirinya. Perasaannya bercampur aduk. Selvi tambah bingung, ia bingung apakah ia akan menerima Andika sebagai pacarnya atau ia mengikuti nasehat-nasehat dari ibunya pada malam itu. Dan akhirnya kata “tidak” terlontar dari mulut Selvi. Padahal ia sangat mencintai andika. Ia hanya tidak ingin jika ia hanya dipermainkan oleh orang dewasa, sementara Selvi masih dianggap kecil oleh ayah dan ibunya.
Mendengar jawaban yang  diucapkan oleh Selvi membuat air mata Andika menetes. Selvi yang berwatak tegas, keras tetapi cengeng ini tidak tega melihat kesedihan yang di alami oleh Andika. Dan akhirnya selvi menerima Andika sebagai pacarnya.
Luluslah Selvi dari sekolah Menengah tersebut dan ia melanjutkan keperguruan tinggi Swasta tempat Andika Kuliah. Dua tahun Selvi kuliah, Andikapun mendapati gelar sarjana. Ia bekerja menjadi Guru penjas SMP di pekanbaru. Hubungan percintaan mereka semakin langgeng dan semakin damai. Dua tahun setelah Andika selesai kuliah, Selvipun juga selesai kuliah dan mendapat gelar sarjana. Lalu ia mbekerja menjadi guru di sebuah SMP.
Hubungan percintaan mereka sudah genap 7 tahun. Andika pun sudah diangkat menjadi pegawai. Uang tabungan yang mereka kumpulkan dari gaji mereka sudah cukup untuk biaya pernikahan mereka. Dan akhirnya mereka memutuskan untuk menikah. Pernikahan itu adalah sebagai bukti cinta Andika kepada Selvi. Akhirnya mereka hidup bahagia.